Jumat, 22 Januari 2016

You gotta read this! Mengapa bubur tidak bisa kembali menjadi nasi.



                Sudah berapa kali aku memulai paragraf ini dan menghapusnya kembali. Tak terhitung jumlahnya. Sudah berapa kali aku mencoba jujur lewat tulisan ini namun aku mengurungkannya. Sudahlah. Aku lelah membahas ini. Aku sedih memikirkan kata demi kata yang harus kurangkai sedemikian rupa hanya untuk menjadi seseorang yang bukan aku. Kau tahu? Bukanlah pujian yang menjadikanmu besar, melainkan dedikasi.
                Ketika aku membaca tulisan-tulisanku sebelumnya, ada satu kalimat yang menancap sampai benakku sekarang. Dalam salah satu tulisan itu aku berkata, “Allah punya ratusan cara membuatku jatuh, tapi ingat, Allah punya jutaan cara membuatku bangkit kembali.”
                Jika kamu mengingat dan mengerti hari dimana semua perkataanmu dibantahkan, ingatlah itu semua karena Allah. Jika kamu tahu dan benar-benar mengerti, maka memohonlah ampun padaNya. Noda yang telah kau cipratkan itu memang tidak akan pernah bersih, apalagi dimatamu. Jadi buat apa aku membeli berbagai macam pembersih hanya untuk menjadikannya putih kembali? Toh dimatamu aku tak akan pernah bersih.
                Jadi mulai sekarang, yang terjadi biarlah sudah terjadi. Aku tidak akan menambahkan apapun dalam cerita itu. Aku harap kau juga melakukan hal yang sama. Kalau memang perlu kau tutup, tutuplah karena aku juga sudah menutupnya. Jangan pernah pertanyakan sapa dan tawa yang seadanya karena kau tahu itu semua hanyalah formalitas semata. Karena bagiku sudahlah, itu sudah lalu.
                Biarlah aku hitam dan kau putih, atau, jika kau tidak setuju dengan pernyataan itu, biarlah kita sama-sama abu-abu. Sudah cukup semua hal ini, perkataanmupun juga sudah terbantahkan, entah kau sadari atau tidak. Jadi sudahlah. Allah Maha Tahu dan akupun hanya meminta kita semua untuk diam. Sekali lagi, jangan pernah pertanyakan sapa dan tawaku yang seadanya karena engkau sudah tahu mengapa bubur itu tidak bisa kembali menjadi nasi. Sapa dan tawaku itu adalah bagian dari bubur ayam yang menjadikannya enak untuk disantap, seadanya saja. Hadapi saja tanpa mempertanyakan hal yang sudah jelas jawabannya. Hadapi saja dengan rasa ikhlas dan tahu bahwa ketika warna hitam dan putih itu dicampur, mereka tidak akan bisa kembali seperti semula.
Share: