Sabtu, 20 Desember 2014

Lari aja Hann. Lari aja. That's for the best. :)

Jatuh cinta. Apasih itu? Bahkan semakin bertambahnya umurku, aku malah semakin tidak mengerti tentang definisi kalimat itu. Cinta? Apakah rasa ketika kau selalu ingin melihatnya, rasa ketika kau marah melihatnya tersenyum bahkan untuk temanmu sendiri bisa dinamakan rasa cinta? Aku bahkan tidak mengerti apa yang kurasakan sekarang.
Seandainya ada yang bisa mengerti situasiku sekarang, aku benar-benar ingin bersandar dipundaknya dan menangis menghilangkan beban dalam perasaan ini. Aku tidak mungkin memutuskan untuk mengejar dirinya selayaknya aku ini masih remaja. Aku sudah bukan aku tiga tahun yang lalu. Aku yang terlalu terburu-buru untuk memilih dan mengejar sesuatu yang memang sulit. Aku sudah bukan yang dulu lagi.
Lalu bagaimana aku mengatasi perasaan ini? Membiarkan saja perasaan ini? Hah. Seakan memang bisa pergi sendiri. Hadapi dan rasakan sakit hati setiap mengetahui kenyataan bahwa bersamanya adalah sebuah mimpi? Hah. Seakan memang hati ini bisa menahan rasa sakit. Berbalik, menghindar dan berlari? Hah. Seakan semudah itu. Tapi. . memang lebih mudah begitu kan? Menghilang.
Jika hatiku bisa menjadi sosok yang lain, aku ingin hatiku berkata. “Yaudah lah Hann. Take it easy aja.  Terima kenyataan kalo toh kamu berjuang pun kamu gak akan pernah bisa gitulo. Toh ketika kamu memulai pun kamu udah tahu jawaban yang kamu cari. Ngapain berjuang buat sesuatu hal yang gak mungkin? Kamu gak capek? Kamu gak belajar dari pengalaman masa lalu? Seandainya ini perasaan yang berbeda pun jawabannya akan tetep sama. Enggak. Iya, aku tahu emang susah buat ngacuhin keinginan itu. Aku tahu, aku tahu ketika kamu berambisi kamu akan mempertaruhkan apapun untuk dapetin ambisi itu. Tapi kali ini, plis sekali ini aja. Jangan pertaruhkan hatimu buat hal yang gak mungkin. Kamu bodoh kalau kamu melakukan hal itu lagi. Kamu ngerti kan gimana sakitnya?

 Ketika memulai saja sudah membuatmu sakit, bagaimana ketika kau harus mengakhirinya? Lari aja Hann. Lari sejauh apapun itu. Menghindar sesering apapun itu. Yes kamu gak boleh memandang rendah dirimu sendiri but sometime you need to know, kamu harus tahu kapan kamu harus optimis dan kapan harus pesimis. One thing you should know Hann, ego itu bisa ngalahin fantasi dan ketika egomu udah mengguasai diri kamu, kejadian tiga tahun yang lalu bakal keulang lagi. Oke tiga tahun lalu kamu bisa memenuhi ambisi itu. But look.  Akhirnya kamu kecewa juga kan? Apa salahnya buat gak nyoba? Gak nyoba buat bermimpi. Hati itu gak bisa dicoba-coba Hann. Just run. Even though it’s hard, just run. That’s for the best!”
Share: